Tuesday 11 December 2012

::: Bidadari Surga (Based on True Story) :::





****

Cinta itu butuh kesabaran…
Sampai dimanakah kita harus bersabar menanti cinta kita???

Hari itu.. aku dengannya berkomitmen untuk menjaga cinta kita.
Aku merasa menjadi perempuan yg paling bahagia, aku menikah dengan laki-laki yang sangat aku cintai dan mencintaiku. Pernikahan kami sederhana namun meriah, ia menjadi pria yang sangat romantis pada waktu itu.
Aku bersyukur menikah dengan seorang pria yang shaleh, pintar, tampan & mapan pula. Ketika kami berpacaran dia sudah sukses dalam karirnya. Kami akan berbulan madu di tanah suci, itu janjinya ketika kami berpacaran dulu. Dan setelah menikah, aku mengajaknya untuk umroh ke tanah suci. Aku sangat bahagia dengannya, dan dia juga sangat memanjakan aku. Sangat terlihat dari rasa cinta dan rasa sayangnya pada ku. Banyak orang yang bilang kami adalah pasangan yang serasi. Sangat terlihat sekali bagaimana suamiku memanjakanku. Dan aku bahagia menikah dengannya..

****

Lima tahun berlalu sudah kami menjadi suami istri, sangat tak terasa waktu begitu cepat berjalan walaupun kami hanya hidup berdua saja karena sampai saat ini aku belum bisa memberikannya seorang malaikat kecil (bayi) di tengah keharmonisan rumah tangga kami. Karena dia anak lelaki satu-satunya dalam keluarganya, jadi aku harus berusaha untuk mendapatkan penerus generasi baginya. Alhamdulillah saat itu suamiku mendukungku. Ia mengaggap Allah belum mempercayai kami untuk menjaga titipan-NYA.
Tapi keluarganya mulai resah. Dari awal kami menikah, ibu & adiknya tidak menyukaiku. Aku sering mendapat perlakuan yang tidak menyenangkan dari mereka, namun aku selalu berusaha menutupi hal itu dari suamiku.

Thursday 4 October 2012

Dekat dengan Tanah


aku memang belum mengerti

tentang permukaan sungai dengan kemilau cahayanya
tentang malam dengan rembulannya yang separuh muka
tentang pagi dengan embunnya yang membasuh
tentang mawar dengan kelopaknya yang rapuh

atau
tentang kamu yang belum pernah aku kenal wanginya

aku seperti burung dungu
bermimpi akan mampu terbang tinggi
padahal sayap telah menempel di punggungku sejak lahir

bahkan aku seperti seonggok kayu di tengah lautan
terombang-ambing gelombang
tak punya kendali atas diriku sendiri

aku seperti gelandangan cacat
mengejar kereta yang telah melesat satu jam yang lalu

aku masih bocah
belum paham kemana harus melangkah

aku seperti cermin pecah
tak kuasa melukis sketsamu yang megah

yang aku yakini
kau ada untukku
di sana
di sautu tempat yang mengajarkanmu tumbuh

aku bermimpi
suatu saat aku akan mampu mengendalikan perahu
yang aku bangun bersamamu
melewati badai
bersamamu
kita

namun semoga
kau tak meneteskan air mata
ketika suatu saat kau melihat tubuh ini rapuh
tak mampu lagi bersandar

karena tubuh ini rebah

Wednesday 26 September 2012

Something You'll Understand

Sial
Sial kali jadi kau
Tak dianggap
Padahal kau tak berharap macam-macam
Kau pun juga tak berbuat macam-macam
Kau bahkan berbuat baik

Tapi dia malah terbirit-birit menjauhimu
Menutup mata
Memalingkan muka

Apa yang ada di pikirannya?
Tega sekali dia
Memperlakukanmu seperti benda najis

Padahal dulu dia ramah sekali padamu bukan?
Selalu menyungging senyum tiap kau sapa
Menceritakan hal-hal sederhana yang dia alami hari itu
Atau hari-hari sebelumnya
Atau hal-hal kurang penting lainnya
Namun bagimu takkan bisa se-sedarhana itu
Segalanya menjadi penting tentang dia

Ah, itu dulu

Sekarang..
Mungkin dia pikir, kau terlalu biasa
Sama seperti benda-benda najis lain

Terlalu banyak benda najis di sini

Sekarang..
Dia mungkin sedang melihat yang suci di sana
Dia sedang mengejarnya?
Melupakanmu?
Entahlah

Sekarang..
Kau tidak akan peduli lagi padanya
Whatever lah, katamu

Padahal, aku hanya menginginkan hubungan baik
Sebagai kawan
Tidak lebih
Entah ada apa di benaknya
Mungkin dia takut
Whatever lah

Itu ceritamu kepadaku beberapa waktu lalu
“whatever lah”, itu kata yang ampuh sekali kawan
Saat kau mengucapkan itu,
Kau sedang melepaskan satu persatu belenggu yang mengikatmu dengannya
Kau sedang pelan-pelan membuka matamu yang dulu buta karenanya
Kau sedang merangkai mimpi baru yang dulu stuck padanya

Kau sedang belajar sesuatu

Dan pada akhirnya kau sama sekali tak akan keberatan dengan apapun sikapnya padamu
Dan kau pun tak akan marah padanya
Dan kau tetap menganggapnya sebagai kawan

kau sedang belajar sesuatu

Kau akan mengerti sesuatu
                                                                         
Kau akan mendapat sesuatu

Rembulan Tenggelam di Wajahmu



Penulis: Tere-liye
Genre: Fiksi
Penerbit: Republika
Tebal Buku: 426 Halaman


Hmmmm…. Buku yang luar biasa I think. Karena menyuguhkan sebuah kisah hidup yang luar biasa. Kerangka cerita buku ini tak lain merupakan flashback perjalanan hidup seorang pasien berusia 60 tahun (Ray namanya) yang sedang terbaring koma selama 6 bulan di ruang VVIP rumah sakit. Dalam koma nya, dia mengalami perjalanan mengenang masa lalunya, yang sekaligus menjawab lima pertanyaan besar dalam hidupnya. Ditemani seseorang dengan wajah menyenangkan yang sama sekali tidak dia kenal (Nabi Khidir??). Orang itulah yang memberikan penjelasan atas lima pertanyaan besar dalam hidupnya. Yang juga menyingkap beberapa kisah dibalik kejadian yang sama sekali tidak ia ketahui. Kisah yang selalu membuat ia menangis tergugu, tercengang, menyesal, marah, terdiam..

Dimulai dengan kisah kehidupan Ray kecil yang terdampar di panti terkutuk selama 16 tahun. 16 tahun yang penuh dengan cacian Penjaga Panti sok-suci yang suka marah-marah, pecutan bilah rotan, makanan yang selalu dijatah, selalu disuruh-suruh, jadi kuli. Ahhh…

Kisah seorang remaja tanggung yang hidup di Rumah Singgah, yang mampu memberikan sepotong kehidupan baru yang indah baginya. Anak-anak lain menjadi keluarga baginya. Mereka malah lebih dari sekedar keluarga. Di Rumah Singgah itulah Ray dan kawan-kawan yang lain bisa menatap cerah janji masa depan. Meraih mimpi-mimpi mereka yang kurang sejengkal lagi menjadi kenyataan. Namun semua mimpi itu tercerabut ketika janji baik itu persis tiba. Menyakitkan. Menyisakan kepedihan.

Kisah seorang pengamen remaja yang bertemu dengan seorang pencuri kelas kakap bernama Plee. Yang akhirnya merencanakan pencurian berlian seribu karat. Dan gagal. Plee, yang akhirnya meyerahkan diri dan dieksekusi mati enam tahun kemudian.

Kisah seseorang yang jatuh cinta dengan si “Gigi Kelinci” dan akhirnya menikah. Keluarga yang bahagia, namun tidak juga dikarunia anak karena selalu keguguran, dua kali. Keguguran yang kedua itu merenggut dua nyawa sekaligus. Istri dan anaknya.

Kisah seorang kuli-bangunan gedung milik Koh Cheu, yang selanjutnya menjadi orang sukses dengan imperium bisnisnya yang menggurita, yang berhasil menyingkirkan taipan-taipan licik, yang memiliki gedung tertinggi di kota itu.

Kisah seseorang yang selalu merasa damai setiap menatap rembulan.

Plee dan partnernya, “Gigi Kelinci”, Koh Cheu. Keterlibatan orang-orang tersebut dalam khidupan Ray  memanglah suatu kebetulan yang mencengangkan. Ah, tak ada yang kebetulan di dunia ini. Orang-orang itu ternyata amatlah dekat dengan misteri masa lalunya. Tentang kebakaran yang di sengaja itu, tentang Ayah-Bundanya.

Life, Dyslexia, Cause and Effect

“Kehidupan”


Ah.. keramat sekali kata itu. Membayangkannya saja kadang ngeri, penuh misteri. Kehidupan itu sendiri tak ubahnya seperti “Kematian”. Dekat sekali mereka itu, kehidupan dan kematian itu.
“Hidup segan, mati tak mau”, begitulah kira-kira gambaran perebutan hidup dan mati nasib anak manusia di muka bumi ini.

Kehidupan, dalam menjalaninya memang menimbulkan berbagai pandangan, yang merupakan gambaran dari apa yang dirasakan oleh masing-masing orang. Banyak di antaranya yang melaknatnya habis-habisan, banyak yang merasa hidup ini tidak adil, ada juga yang merasa hidup ini biasa-biasa saja, banyak pula yang merasa bersyukur sekali bisa merasakan kehidupan. Ada yang menganggap hidup ini terlalu rumit, terlalu sakit untuk dijalani, ada yang pengen lari dari kehidupan dengan cara bunuh diri, bahkan ada yang ingin hidup abadi. Ada yang bilang hidup ini sederhana sekali sebenarnya. Ada pula yang merasa hidup ini hambar, ada yang bilang hidupnya penuh warna, dan masih banyak pandangan-pandangan lain tentang kehidupan.

Berbagai pandangan itu memang mempunyai alasannya masing-masing kawan, tidak serta-merta terlontar begitu saja. Terkadang aku juga bertanya-tanya, bagaimana sih seharusnya menjalani dan menyikapi kehidupan? Untuk apa sih kita hidup? Apa sih yang harus dilakukan supaya hidup ini bermakna, tidak sekedar hidup, kemudian mati?? Akan jadi seperti apa sih diriku di masa depan? Jadi bajingan kah? Orang baik kah? Bahagia kah? Sengsara kah? Siapa sih istri ku nanti? Berapa anak-anakku, laki-laki/perempuan? Dan masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan lain yang berjubel di pikiran..

Dan yang memang harus kita sadari kawan, “Tidak satu hari pun kehidupan ini terasa ideal atau berjalan seperti yang kita inginkan, sejak kedengkian menggerakkan Qabil untuk membunuh Habil. Sejak saat itulah dunia mulai penuh dengan warna-warni, kebaikan dan kejahatan, penindasan dan kekuasaan, cinta dan dengki, aman dan cemas.”

Di sini tidak akan dijelaskan bagaimana harusnya manusia menjalani kehidupan, blog ini tidak akan menggurui kawan-kawan untuk harus begini dan begitu supaya kehidupannya seperti ini atau seperti itu. Emang siapa saya berani-beraninya mengatur hidup kalian?? Tulisan ini hanyalah sekedar tulisan, and the next move is up to you..

Wednesday 12 September 2012

::: Terlambat Mencintaimu (the story of a wife) :::


Aku membencinya, itulah yang selalu kubisikkan dalam hatiku hampir sepanjang kebersamaan kami. Meskipun menikahinya, aku tak pernah benar-benar menyerahkan hatiku padanya. Menikah karena paksaan orangtua, membuatku membenci suamiku sendiri.

Walaupun menikah terpaksa, aku tak pernah menunjukkan sikap benciku. Meskipun membencinya, setiap hari aku melayaninya sebagaimana tugas istri. Aku terpaksa melakukan semuanya karena aku tak punya pegangan lain. Beberapa kali muncul keinginan meninggalkannya tapi aku tak punya kemampuan finansial dan dukungan siapapun. Kedua orangtuaku sangat menyayangi suamiku karena menurut mereka, suamiku adalah sosok suami sempurna untuk putri satu-satunya mereka.

Ketika menikah, aku menjadi istri yang teramat manja. Kulakukan segala hal sesuka hatiku. Suamiku juga memanjakanku sedemikian rupa. Aku tak pernah benar-benar menjalani tugasku sebagai seorang istri. Aku selalu bergantung padanya karena aku menganggap hal itu sudah seharusnya setelah apa yang ia lakukan padaku. Aku telah menyerahkan hidupku padanya sehingga tugasnyalah membuatku bahagia dengan menuruti semua keinginanku.

Sempurna

Aku tak akan membiarkan diriku jatuh cinta pada seseorang yang tak bisa kumiliki...


Kau adalah musuh bagi hatiku
Yang membuat aku waspada, dan aku buru-buru membentengi diri agar tak terpikat pada pesonamu
Tapi, kau terus memaksa masuk
Seperti kuda Troya, kau sukses menyelusup ke ruang hatiku
Aku memang bertekad menjauhimu
Tetapi jantungku ternyata tak cukup kuat untuk membendung setiap debaran yang tercipta karena dirimu

Aku tahu akan menyesali semuanya
Tetapi tak ada yang bisa kulakukan
Aku terlanjur menerjunkan diri ke dalam api cintamu
Terbakar bersama cinta yang kelak juga akan membumihanguskan kebahagiaanku
Aku nekat, mengambil resiko terluka lagi
dan kali ini karenamu...


\\\\\ Sempurna (sebab mencintaimu tak membutuhkan alasan)
\\\\\ a novel by Nonier

like and share

  • Share
  • [i]