aku memang belum mengerti
tentang permukaan sungai dengan kemilau cahayanya
tentang malam dengan rembulannya yang separuh muka
tentang pagi dengan embunnya yang membasuh
tentang mawar dengan kelopaknya yang rapuh
atau
tentang kamu yang belum pernah aku kenal wanginya
aku seperti burung dungu
bermimpi akan mampu terbang tinggi
padahal sayap telah menempel di punggungku sejak lahir
bahkan aku seperti seonggok kayu di tengah lautan
terombang-ambing gelombang
tak punya kendali atas diriku sendiri
aku seperti gelandangan cacat
mengejar kereta yang telah melesat satu jam yang lalu
aku masih bocah
belum paham kemana harus melangkah
aku seperti cermin pecah
tak kuasa melukis sketsamu yang megah
yang aku yakini
kau ada untukku
di sana
di sautu tempat yang mengajarkanmu tumbuh
aku bermimpi
suatu saat aku akan mampu mengendalikan perahu
yang aku bangun bersamamu
melewati badai
bersamamu
kita
namun semoga
kau tak meneteskan air mata
ketika suatu saat kau melihat tubuh ini rapuh
tak mampu lagi bersandar
karena tubuh ini rebah